Wah! Perdana Menteri Thailand Tiba-tiba Meminta Bank Sentral untuk Memangkas Suku Bunga

JAKARTA - Sretha Thavisin, Perdana Menteri Thailand yang baru saja dilantik, tiba-tiba meminta bank sentral negaranya untuk segera mengadakan pertemuan Komite Kebijakan Moneter yang tidak dijadwalkan guna memangkas suku bunga acuan. Menurut laporan dari Bloomberg, pada Selasa (20/2/2024), Sretha Thavisin mengungkapkan bahwa data terbaru menunjukkan perekonomian Thailand sedang mengalami krisis. "Saya memohon kepada Monetary Policy Committee [MPC] untuk segera mengadakan rapat komite guna mempertimbangkan penurunan suku bunga tanpa menunggu pertemuan yang telah dijadwalkan," tulis Sretha dalam cuitannya di Twitter pada Senin malam (19/2). Pertemuan untuk menetapkan suku bunga yang dipimpin oleh Gubernur Bank Sentral Thailand, Sethaput Suthiwartnarueput, sebenarnya tidak dijadwalkan hingga 10 April 2023. Baht, mata uang Thailand, juga mengalami penurunan sebesar 0,3% setelah Sretha meminta pertemuan luar biasa untuk memangkas suku bunga yang saat ini berada pada level tertinggi dalam satu dekade.

Feb 26, 2024 - 12:08
 453329
Wah! Perdana Menteri Thailand Tiba-tiba Meminta Bank Sentral untuk Memangkas Suku Bunga
Wah! Perdana Menteri Thailand Tiba-tiba Meminta Bank Sentral untuk Memangkas Suku Bunga

"Permintaan ini menunjukkan tekanan yang meningkat bagi baht karena semakin banyak desakan terhadap bank sentral untuk melakukan pemangkasan sebelum pertemuan berikutnya pada bulan April," kata Moh Siong Sim, seorang ahli strategi mata uang di Bank of Singapore Ltd. Penetapan suku bunga tetap pada level 2,5% pada 7 Februari 2024, meskipun Sretha telah memanggil untuk pemotongan sebesar 25 basis poin. Data dari Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional menunjukkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Thailand hanya sebesar 1,7% pada kuartal IV/2023, jauh di bawah perkiraan para ekonom. Output juga menyusut sebesar 0,6% dari kuartal sebelumnya, dibandingkan dengan proyeksi penurunan sebesar 0,1%. Untuk tahun 2023 secara keseluruhan, perekonomian hanya tumbuh sebesar 1,9%, memperpanjang satu dekade pertumbuhan rata-rata di bawah 2%.

Perekonomian Thailand saat ini juga mengalami disinflasi, dengan harga konsumen yang mencatatkan angka negatif selama empat bulan berturut-turut sejak Oktober 2023. Sretha juga merencanakan stimulus sebesar US$14 miliar atau sekitar Rp219 triliun untuk masyarakat guna mendorong konsumsi dan memulihkan perekonomian yang melambat. Namun, rencana tersebut mendapat kritik dari para ekonom dan bank sentral karena dianggap berisiko terhadap inflasi dan konsolidasi fiskal.

Saat ini, diketahui bahwa mata uang baht melemah terhadap dolar sebesar -0,26% pada pukul 8.49 WIB.